Home »
Purwokerto
» Rajanya Parfum dari Purwokerto
Rajanya Parfum dari Purwokerto
Written By Sandhy on Jumat, 23 November 2012 | 01.28
SELAMA ini, banyak orang yang tahu tokoh Poltak yang menjadi rajanya minyak dari Medan. Namun, tahukah Anda, siapa yang menjadi rajanya parfum dari Purwokerto.
Dialah Benny Mulyoleghowo. Pria kelahiran Solo, 25 Januari 1971 ini terkenal dengan brand parfumnya, Mulegh. Ya, dialah sang peracik sekaligus pemilik usaha parfum yang tersebar di 10 konter dan 36 konter mitra yang telah bekerjasama dengannya.
Siapa sangka, ide peracikan parfum ini berawal dari hadiah-hadiah yang diberikan sang bos padanya. Kala itu, sebelum ia memutuskan resign dari perusahan farmasi yang berkantor pusat di Prancis, Benny adalah seorang marketing handal.
Saking uletnya bekerja, ia kerapkali mendapatkan reward dari sang bos. Anehnya, reward yang diberikan bukan tunjangan gaji, fasilitas, atau yang lainnya seperti kebanyakan perusahaan. Namun, bosnya malah memberikan parfum original Prancis.
Saking seringnya, aroma-aroma parfum itu memberikan kesan tersendiri baginya. “Parfum original Prancis kan tidak murah. Wanginya betah nempel di baju jadi nggak hilang-hilang,” ujar Benny.
Nah, dari situlah ia tergelitik untuk menciptkan produk yang sama namun dengan harga yang terjangkau. Sehingga, bisa dinikmati oleh semua kalangan dan tidak kehilangan keharuman asli dari parfum ini.
Lantara keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, membuat Benny harus terus belajar untuk membuat parfum. Ia juga mencoba berguru ke kota tetangga seperti Semarang, Jakarta, dan Surabaya langsung dengan pakarnya.
Saat itu, ia masih bekerja di perusahaanya sehingga ia berusaha memanfaatkan waktu luangnya untuk mulai merintis usaha ini. “Modal awal untuk buka usaha waktu itu hanya Rp 500 ribu,” kata dia.
Untuk memerkenalkan produknya, Benny mulai turun ke lapangan dan menawarkan produknya dengan door to door. Tentu orang sangat asing dengan produknya ini.
“Ketika saya mengenalkan parfum-parfum ini, malah dikira jualan minyak nyong-nyong, nggak laku, tidak ada bakat, dan lainnya. Tetapi, itu malah jadi semangat buat saya,” kata ayah tiga anak ini.
Akhirnya, ia memberanikan diri untuk membuka sebuah gerai yang berada di Jalan dr Angka. Hal itu pun masih masih tak terlepas dari penolakan masyarakat. Bahkan setelah tokonya berdiri, Benny pun belum mendapat kepercayaan untuk melakukan kredit di bank. Karena ditakutkan usahanya ini tak bertahan lama atau tidak laku di pasaran.
Baginya, penolakan merupakan proses sukses karena itu merupakan sifat dasar manusia, bahkan bisa dibilang manusiawi. Ia memaklumi, produk baru tentu tak langsung bisa diterima masyarakat.
Ia menganggap penolakan ini menjadi motivator terbesar dalam merintis usaha. Betapa tidak, karenanya Benny terus berjuang untuk membuktikan, produknya tak seperti yang disangkakan banyak orang.
Kini, sukses telah didapatnya hingga ia mampu memekerjakan puluhan karyawan dalam membantu usahanya. Bahkan, gerainya hampir ada di setiap sudut Kota Purwokerto. Lantaran sudah memunyai brand, lalu banyak orang yang menawarkan kerjasama dengan melakukan franchise untuk mengembangkan usaha parfum.
Tak lupa juga, agar rizki yang diterimanya lebih berkah, ia menyisihkan empat persen dari penghasilannya untuk bersedekah. (nurhayatipipit@gmail.com)
Label:
Purwokerto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar